Home » Blog » AI-Abbas ibn Abdul Muthalib; Penyedia Minuman bagi Jamaah Haji

AI-Abbas ibn Abdul Muthalib; Penyedia Minuman bagi Jamaah Haji

Riwayat AI-Abbas ibn Abdul Muthalib

Al-Abbas ibn Abdul Muthalib seorang sahabat dari Suku Quraisy, sekaligus paman Rasulullah. Ayahnya bernama Abdul Muttalib ibn Hasyim ibn Abdu Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah. Ibunya bernama Nutailah bint Janab ibn Kulaib ibn Malik. Nutailah adalah wanita Arab pertama yang menutupi Ka‘bah dengan kiswah dari sutera. la melakukan itu untuk memenuhi nazarnya. Ketika masih kecil, al-Abbas pernah hilang sehingga Nutailah bernazar akan menutupi Ka‘bah jika anaknya itu ditemukan. Maka, ketika anaknya ditemukan, ia menunaikan nazarnya. Usia al-Abbas lebih tua dua tahun dari Rasulullah. Pada masa Jahiliah, ia bertugas sebagai takmir masjid dan menyediakan air minum untuk jamaah haji.

al-Abbas menikahi Lubabah al-Kubra, putri al-Harits ibn Hazn al-Hilaliyah yang dipanggil dengan sapaan “Ummu al-Fadhal”. al-Abbas ikut menemani Rasulullah saw. dalam Baiat Aqabah dengan maksud menegaskan jaminan dari kaum Anshar bahwa mereka siap melindungi dan membela Rasulullah saw.

Pada pertemuan itu, al-Abbas diberi kesempatan pertama untuk berbicara. La berkata, “Wahai Khazraj (maksudnya termasuk juga suku Aus), sesungguhnya Muhammad di antara kami memiliki kedudukan sebagaimana yang telah kalian ketahui. Kami membela dan melindunginya dari kaumnya yang memiliki keyakinan seperti kami. Di tengah kaumnya ia mendapat kemuliaan, dan di negerinya sendiri ia mendapat perlindungan. Dan sekarang, ia memilih untuk bergabung dengan kalian. Jika kalian memang berniat untuk memenuhi janji kepadanya dan melindunginya dari orang yang memusuhinya, kalian dapat membawanya ke negeri kalian. Tetapi jika kalian akan menghinakannya setelah ia bergabung dengan kalian maka dari saat ini juga aku meminta kalian untuk meninggalkannya, karena sesungguhnya ia berada dalam kemuliaan dan perlindungan kaumnya dan negerinya”.

Kemudian Rasulullah memulai dengan membaca Al-Quran, berdoa kepada Allah, menyeru semua orang yang hadir di sana untuk beriman kepada-Nya, dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam. Setelah itu Rasulullah bersabda, Aku menerima baiat kalian agar kalian melindungiku seperti kalian melindungi istri dan anak-anak kalian.”

Mereka bertanya, “Apa yang akan kami dapatkan jika kami memenuhi janji kami, wahai Rasulullah?”.

Beliau menjawab tegas, “Surga”.

Setelah itu, mereka memilih dua belas orang sebagai pimpinan atas kaum masing-masing, dan Rasulullah saw. mengambil sumpah mereka. Perjanjian ini disebut Baiat Aqabah kedua.

Kemudian al-Abbas bertanya kepada mereka, “Bagaimanakah cara kalian memerangi musuh?” al-Abbas ingin mengetahui bagaimana mereka menggunakan senjata dan seberapa jauh pengetahuan mereka tentang perang. Pertanyaan itu dijawab oleh Abu Jabir Abdullah ibn Amr ibn Haram, “Demi Allah, kami adalah ahli berperang. Kami tumbuh dan berkembang dari perang ke perang. Kami mewarisi keahlian itu dari leluhur kami sendiri. Kami lepaskan anak panah hingga tuntas, kami lemparkan tombak hingga patah, barulah kemudian kami gunakan pedang. Kami biasa berperang dalam jarak dekat kami gugur atau musuh kami terkapar”.

Wajah al-Abbas berseri-seri mendengar penuturan tersebut lalu berkata, “Jika begitu, kalian memang ahli berperang. Lalu, apakah kalian memiliki baju perang?”.

Mereka menjawab, “Ya, kami punya baju perang yang cukup”.

Tindakan al-Abbas benar-benar cerdik. Kini, ia benar-benar mengetahui seni berperang orang Anshar itu. Setelah itu, mereka bubar dan pulang ke perkemahan masing-masing.

Ketika meletus Perang Badar, al-Abbas berada di barisan kaum kafir Quraisy meskipun ia merasa sangat terpaksa. Rasulullah saw. memahami keadaannya sehingga beliau melarang pasukannya menyakiti atau menyerang al-Abbas dan beberapa anggota keluarga beliau yang Iain. Dalam perang itu al-Abbas tertawan oleh pasukan muslim dan tubuhnya diikat dengan ketat. Malam itu Nabi saw. gelisah tak dapat tidur memikirkan keadaan pamannya. Seorang sahabat bertanya, “Apa yang membuat Paduka tak dapat tidur, wahai Nabiyullah?”.

Rasulullah menjawab, “Aku tak dapat tidur karena mendengar rintihan al-Abbas”.

Maka seorang sahabat bergegas mendekati al-Abbas dan mengendurkan ikatannya. Rasulullah saw. bersabda lagi, “Kenapa aku tidak lagi mendengar rintihan al-Abbas?”.

Sahabat itu menjawab, “Aku telah mengendurkan ikatannya”.

Rasulullah saw. bersabda, “Lakukanlah kepada semua tawanan!”.

al-Abbas menebus dirinya dan dua saudaranya, yaitu Uqail ibn Abu Thalib dan Naufal ibn al-Harits, kemudian ia menyatakan masuk Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa ia masuk Islam sebelum Hijrah, tetapi menyembunyikan keislamannya. Selama berada di Makkah ia selalu membantu Rasulullah saw dengan memberi kabar tentang kaum musyrik. Tindakan serupa dilakukan kaum muslim lain yang masih menetap di Makkah. al-Abbas juga sering membantu orang-orang yang tertarik pada Islam. Sebenarnya, ia ingin berhijrah ke Madinah, tetapi Rasulullah saw bersabda, “Tempatmu di Makkah. Itu lebih baik. Ada juga yang mengatakan, Nabi saw. bersabda, Engkau adalah Muhajirin terakhir, sebagaimana halnya aku nabi terakhir”.

Dalam hadis riwayat Abu Ya‘la al-Maushuli dari Syu‘aib ibn Salamah ibn Qasim al-Anshari dari Rifa’ah ibn Rafi ibn Khudaij dari Abu Mush‘ab Ismail ibn Qais ibn Zaid ibn Tsabit dari Abu Hazim dari Suhail ibn Sa‘d al-Saidi bahwa al-Abbas ibn Abdul Muthalib meminta izin kepada Nabi saw. untuk hijrah ke Madinah, tetapi Nabi saw. bersabda, “Paman, tetaplah tinggal di tempat kau tinggal saat ini! Karena Allah akan menutup hijrah dengan dirimu sebagaimana Dia menutup kenabian denganku”.

Setelah Rasulullah saw. memberinya izin untuk hijrah, al-Abbas bergegas berangkat menuju Madinah. la ikut dalam rombongan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah saw. untuk menaklukkan Makkah. Sejak kepergian al-Abbas ke Madinah, perintah untuk hijrah pun tuntas dilaksanakan. al-Abbas juga ikut serta dalam Perang Hunain dan tetap mendampingi beliau ketika banyak kaum muslim yang melarikan diri dari medan perang itu.

Rasulullah saw. sangat menghormati dan memuliakan pamannya. Diriwayatkan bahwa beliau pernah bersabda, “Inilah al-Abbas ibn Abdul Muthalib, orang Quraisy paling dermawan dan paling menjaga hubungan”. Rasulullah juga pernah bersabda, “Inilah (al-Abbas), orang yang tersisa dari leluhurku”.

Pada suatu hari al-Abbas menemui Rasulullah saw. dalam keadaan marah sehingga beliau bertanya, “Apa yang membuatmu marah?”.

Al-Abbas menjawab, “Wahai Rasulullah, apa sebenarnya yang terjadi antara kita dan kaum Quraisy? Jika mereka bertemu dengan sesamanya, wajah mereka cerah ceria. Namun, jika berjumpa dengan kita, mereka bermuka masam”.

Mendengar pengaduan al-Abbas, Rasulullah saw. marah hingga wajah beliau memerah dan bersabda, “Demi Zat yang telah mengutusku dengan kekuasaan-Nya, iman tidak akan masuk ke dalam hati seseorang hingga ia mencintai kalian karena Allah dan Rasul-Nya”.

Kemudian beliau bersabda lagi, “Hai manusia, barang siapa menyakiti pamanku, berarti ia menyakitiku, karena paman seseorang adalah saudara ayahnya”.

Ibn Majah mengurip sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu al-Qasim Ya’isy ibn Shidqah ibn Ali al-Faqih dari Muhammad Yahya ibn Ali ibn al-Tharah dari Abu al-Husain ibn al-Muhtadi dari Umar ibn Syahin dari Muhammad ibn Muhammad ibn Sulaiman al-Baghindi dari Abdul Wahab ibn al-Dhahhak dari Ismail ibn lyasy dari Shafwan ibn Amr dari Abdurrahman ibn Jubair ibn Nufair dari Katsir ibn Murrah

dari Abdullah ibn Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah menjadikanku kekasih sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim kekasih, tempatku dan tempat Ibrahim berhadap-hadapan di surga, dan tempat al-Abbas ibn Abdul Muthalib adalah sebagai mukmin di antara dua kekasih”.

Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadis tentang al-Abbas, seperti Abdullah ibn al-Harits, Amir ibn Said, al-Ahnaf ibn Qais, dan lain-lain. Misalnya, Abdullah ibn al-Harist meriwayatkan dari Abdul Wahab ibn Hibatullah ibn Abu Habbah dengan sanad yang bersambung kepada Abdullah ibn Ahmad dari ayahnya dari Husain ibn Ali dari Zaidah dari Zaid ibn Abu Ziyad dari Abdullah ibn al-Harits dari al-Abbas bahwa ia menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Ajari aku, wahai Rasulullah, sesuatu yang layak kuminta dalam doa”.

Rasulullah bersabda, “Mintalah kesehatan kepada Allah”.

Kemudian pada kesempatan lain aku datang lagi dan berkata, “Wahai Rasulullah, ajari aku sesuatu yang pantas ku minta dalam doa”.

Rasul bersabda, “Hai Abbas, hai Paman Rasulullah, mintalah kepada Allah kesehatan di dunia dan akhirat”.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu al-Fadhal al-Makhzumi al-Faqih dengan sanad tersambung kepada Ahmad ibn Ali ibn al-Mutsanna dari Muhammad ibn Ibad dari Muhammad ibn Thalhah dari Abu Suhail ibn Malik dari Ibn al-Musayab dari Sa‘d bahwa para sahabat sedang bersama Nabi saw. di Baqi al-Khail. Ketika muncul al-Abbas, Rasulullah saw. bersabda, “Al-Abbas adalah paman Nabi kalian, orang Quraisy paling dermawan dan paling menjaga hubungan”.

Diriwayatkan dari Amir ibn Sa‘d dari al-Abbas ibn Abdul Muthalib bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul”.

Pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khattab terjadi paceklik dan kekeringan yang cukup lama sehingga kaum muslim menderita. Khalifah Umar ibn al-Khattab keluar sambil memegang tangan al-Abbas ibn Abdul Muthalib. la memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dengan bertawasul kepadanya. Tak lama kemudian Allah menurunkan hujan dan bumi kembali subur. Umar r.a. berkata, “Orang ini, demi Allah, adalah perantara kepada Allah”.

Ketika hujan turun, banyak orang yang menyentuh al-Abbas sambil berkata, “Bahagialah engkau, wahai pemberi minum dua tanah haram”.

Para sahabat mengetahui dan mengakui kemuliaan al-Abbas. Karena itu, mereka selalu meminta pendapatnya. Karena kemuliaannya, ia banyak mendapat ucapan bela sungkawa saat Nabi saw. wafat, karena ia merupakan kerabat beliau yang paling dekat.

la juga dikenal sebagai muslim yang dermawan. Dikisahkan bahwa al-Abbas ibn Abdul Muthalib pernah memerdekakan 70 orang budak.

Ketika ia menjadi tawanan Perang Badar, para sahabat tak dapat menemukan kain untuk menyelimuti al-Abbas, kecuali sehelai kain selimut milik pemuka munafik, Abdullah ibn Ubay ibn Salul. Akhirnya, mereka memakaikan selimut itu ke tubuh al-Abbas. Dan saat Abdullah ibn Ubay ibn Salul meninggal dunia, Rasulullah saw. mengafaninya dengan selimut itu.

Orang yang berhasil menawan al-Abbas saat Perang Badar adalah Abu al-Sair ibn Ka’b ibn Amr dari Bani Salamah. Berbeda dengan al-Abbas yang bertubuh tinggi, tubuh Abu al-Sair jauh lebih pendek. Rasulullah saw. bertanya, “Bagaimana kau bisa menawan al-Abbas, hai Abu al-Sair?”.

“Wahai Rasulullah, ada seorang laki-laki yang membantuku dan aku belum pernah melihat laki-laki itu sebelum atau setelahnya. Ciri-ciri orang itu begini dan begini”.

Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh kau telah ditolong oleh malaikat yang mulia”.

Al-Abbas punya sepuluh orang anak (semuanya laki-laki), di antaranya al-Fadhal, Ubaidillah, Qutsam, Abdurrahman, Ma‘bad, al-Harist, Katsir, Aun dan Tammam. Al-Abbas sendiri merupakan anak bungsu Abdul Muthalib.

Al-Abbas wafat di Madinah. Pada hari kematiannya, Khalifah Utsman ibn Affan r.a. ikut menyalati jenazahnya. Itu terjadi kira-kira dua tahun sebelum terbunuhnya Utsman. la wafat pada usia 88 tahun dan dimakamkan di Baqi.

You also like

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma Penyair Agung   

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma Penyair Agung   

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma adalah seorang sahabat Nabi keturunan Bani Zainah. la dikenal sebagai penyair ulung.…
Al-Hasan dan al-Husain Pemimpin Pemuda Surga   

Al-Hasan dan al-Husain Pemimpin Pemuda Surga   

Al-Hasan dan al-Husain adalah sahabat sekaligus cucu Rasulullah  saw. Keduanya adalah belahan hati Rasulullah saw. dan pemimpin para…
Abu Ayyub al-Anshari

Abu Ayyub al-Anshari – Tempat Persinggahan Nabi

Abu Ayyub al-Anshari adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj. Nama aslinya adalah…
Fairuz al-Dailami- Pembunuh al-Aswad al-Unsa al-Kazzab  

Fairuz al-Dailami- Pembunuh al-Aswad al-Unsa al-Kazzab  

Abu Umar ibn Abdul Bar menuturkan dalam kitab al-lsti'ab bahwa Fairuz al-Dailami adalah seorang sahabat Nabi yang  berasal dari…
Ashim ibn Tsabit  Jasadnya Dilindungi Lebah  

Ashim ibn Tsabit – Jasadnya Dilindungi Lebah  

Ashim ibn Tsabit sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang berasal dari suku Aus keturunan Bani Dhubay. la mendapat…
Dihyah al-Kalabi; Jibril Turun  dalam Rupa Dirinya  

Dihyah al-Kalabi; Jibril Turun  dalam Rupa Dirinya  

Dihyah al-Kalabi adalah sahabat Nabi yang berasal dari suku al-Kalabi. Ayahnya bernama Khulaifah ibn Farwah ibn Fadhalah. la…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Shopping Cart

No products in the cart.

Return to shop

Nama Toko

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu