Al-Aqra ibn Habis – Tunduk Setelah Beradu Syair

Al-Aqra ibn Habis sahabat Nabi dari Bani Tamim. Ayahnya bernama Habis ibn Muhammad ibn Sufyan yang ikut serta bersama Uyainah ibn Hishsin al-Fazzari dan Rasulullah saat Futuh Makkah, Perang Hunain, dan Perang Taif. la termasuk anggota utusan Bani Tamim ketika Nabi saw. baru saja datang di Madinah. Dari luar rumah, al-Aqra dan rombongannya memanggil Rasulullah, “Hai Muhammad, pujian kami itu sangat baik dan celaan kami sangatlah buruk.”
Rasulullah saw. menjawab, “Demikianlah ketentuan Allah dan Mahasuci Zat-Nya.”
Bahkan diceritakan bahwa semua anggota rombongan menyeru seperti itu kepada Nabi saw. sehingga beliau keluar menemui mereka dan bersabda, “Demikianlah ketentuan Allah, apa yang kalian inginkan?”
Mereka menjawab, “Kami rombongan Bani Tamin datang membawa penyair dan ahli pidato. Kami menantangmu untuk beradu syair dengan syair-syair keagungan kami.”
Rasulullah saw. menjawab, “Kami tidak diutus dengan membawa syair dan tidak diperintahkan untuk menyombongkan diri. Tapi jika itu yang kalian mau, silakan saja!”
Maka, majulah seorang ahli pidato bernama Atharid ibn Hajib yang dengan suara lantang mengagungkan kaumnya. Untuk melawan tantangan mereka, Nabi saw. memerintahkan Tsabit ibn Qais ibn Syams. Dengan penuh semangat, Tsabit maju dan menjawab syair mereka. Kemudian maju lagi salah seorang penyair mereka yang bernama al-Zabarqan ibn Badar. la melantunkan syair yang mengagung-agungkan kaumnya. Kemudian Nabi saw. memerintahkan Hassan ibn Tsabit untuk meladeninya. Hassan pun maju menjawab syair mereka. Setelah itu, majulah al-Aqra ibn Habis dan berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku, hai Muhammad, datang dengan tujuan yang sama dengan mereka. Aku telah menyiapkan syair. Maka, dengarkanlah!”
Nabi saw. menjawab, “Silakan!”
Kemudian al-Aqra melantunkan syairnya:
Kami datang membawa keagungan yang dikenal banyak orang Kalian terus menentang saat segala kemuliaan kami disebutkan Kami adalah para pemimpin umat manusia dari seluruh jagat Tak satu pun yang dapat menyamai Bani Darim di negeri Hijaz.
Rasulullah saw. bersabda kepada Hassan, “Berdirilah, hai Hassan, dan jawablah!” Maka, Hassan segera bangkit dan berujar: Hai Bani Darim, janganlah besar kepala
Kesombongan kalian akan jadi nestapa
ketika kemuliaan kami menjadi nyata
Maukah kalian menjadi keluarga kami?
Sehingga kalian mendapat kehormatan
Maukah kalian menjadi saudara kami?
Sehingga kita saling menjadi tumpuan.
Usai Hassan ibn Tsabit melantunkan syairnya, Rasulullah saw. bersabda, Saudaraku Bani Darim, aku cukup mengetahui berbagai hal yang dilupakan banyak orang tentang kalian.”
Tentu saja ucapan Rasulullah saw. itu lebih tajam daripada lantunan syair Hassan.
Mendengar perkataan Rasulullah saw., al-Aqra ibn Habis bangkir dan berkata, “Wahai segenap hadirin, aku tidak tahu mengapa berakhir seperti ini. Ahli pidato kami telah menyampaikan paparannya, tetapi orasi mereka jauh lebih lantang; penyair kami telah melantunkan syairnya, tetapi penyair mereka lebih lugas dan lebih tajam ucapannya.”
Kemudian al-Aqra mendekati Rasulullah saw. dan berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Rasulullah saw. bersabda, “Segala kejadian yang telah berlalu tidak akan mencelakakanmu.”
Ketika acara adu syair dan pidato selesai, semua anggota rombongan Bani Darim menyatakan masuk Islam. Kemudian Rasulullah saw. memberi mereka balasan kebaikan dan mempersaudarakan mereka dengan kaum muslim lain. Sungguh mereka telah mendapat kebaikan yang sangat berharga.
Al-Aqra ibn Habis sendiri adalah orang terpandang, baik pada masa Jahiliah maupun masa Islam. Nama aslinya adalah Faras, sedangkan al-Aqra hanyalah julukan. la dipanggil begitu karena kepalanya botak.
Al-Aqra ikut berperang bersama Khalid ibn al-Walid dalam perang Irak. la juga menyaksikan kemenangan kaum muslim dalam Perang Anbar. Dalam peperangan itu, panglima Khalid menempatkannya di garda terdepan. la juga ikut bergabung dalam pasukan Abdullah ibn Amir menuju Khurasan. Sayang, ia dan pasukannya terserang wabah sehingga tidak dapat melanjutkan ekspedisi.
Imam Muslim mencatat hadis dalam kitab Shahih-nya yang diriwayatkan dari Amr al-Naqid dan Ibn Abu Umar, semuanya dari Sufyan, dari Amr dari Sufyan ibn Uyainah dari al-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah r.a. bahwa al-Aqra ibn Habis melihat Nabi saw. sedang mencium al-Hasan. Al-Aqra berkata, “Aku punya sepuluh orang anak dan aku belum pernah mencium seorang pun dari mereka.”
Baginda Nabi saw. bersabda, “Barangiapa tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi.”
Segala puji bagi Allah zat yang maha pengasih yang telah mengutus Muhammad saw. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dalam sebuah hadis riwayat Jarir ibn Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang tidak mengasihi sesama manusia maka Allah tidak akan mengasihinya.
Semoga Allah mengasihi al-Aqra dan membalasnya dengan kebaikan.
Leave a Reply