Dhirar ibn al-Khattab; Unggul dalam Senjata dan Lisan

Dhirar ibn al-Khattab adalah seorang sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Fihir. la termasuk di antara empat penyair ternama yang kerap menggunakan kecakapan mereka untuk membela kaum Quraisy. Tiga penyair lainnya adalah Abdullah ibn al-Zaba’ri, Amr ibn al-Ash, dan Abu Sufyan ibn al-Harits. Pada saat peristiwa Futuh Makkah, Allah memberi hidayah kepada mereka untuk memeluk Islam.
Al-Zubair sangat mengagumi kemampuan Dhirar menggubah syair. Bahkan, ia menganggap Dhirar lebih baik daripada al-Zaba’ri. Sebagaimana dituturkan oleh Ibn al-Atsir, al-Zubair pernah berkata, “Menurutku, Dhirar lebih cakap menggubah syair ketimbang al-Za‘bari dan lebih sedikit cacatnya.”
Dalam bagian lain Ibn al-Atsir mengatakan bahwa ayahanda Dhirar, yakni al-Khattab, adalah pemimpin Bani Fihir. la menguasai seluruh ladang kaumnya. Pada saat berlangsung Perang Fijar, Dhirar berada di pihak Bani Muharib ibn Fihir. la termasuk prajurit Quraisy yang pemberani dan mahir berkuda. la juga dikenal sebagai penyair ulung yang jarang tandingannya. Hanya empat orang Qiiraisy yang berhasil melompati khandaq (parit di gerbang Madinah), dan ia salah satunya.
Dengan demikian, jelas tergambar betapa keras watak dan tekad Dhirar. Keberanian dan kewiraannya tak diragukan lagi.
Al-Zubair ibn Bikar berkata, “Belum pernah ada di kalangan Quraisy seseorang yang memiliki kemampuan mumpuni dalam bersyair melebihi Dhirar dan Ibn al-Zaba’ri.”
Berikut sebagian syair Dhirar yang ia lantunkan saat peristiwa Futuh Makkah :
Hai nabi pembawa petunjuk, kepadamu Quraisy bersandar
Dan sungguh engkau sebaik-baik tempat bersandar
Ketika bumi terasa sempit bagi mereka,
dan penguasa langit membenci mereka
dan saat dada mereka terasa semakin sesak
dan ketika bencana berlomba-lomba menyergap,
Sa‘d mengendaki kebinasaan dan kepunahan mereka
Orang yang dimaksud dalam syair tersebut adalah Sa‘d ibn Ubadah yang berkata saat Futuh Makkah: “Pada hari ini dihalalkan segala yang haram.”
Abu Umar ibn Abdul Barr menuturkan kata-kata Dhirar dalam kitab al-lsti’ab bahwa suku Aus dan Khazraj tentang siapa yang paling berani saat Perang Uhud. Ketika itu, Dhirar melintas dan mereka pun berkata, “Orang ini saksinya, ia mengetahui kejadian waktu itu.” Mereka pun menanyakan soal itu kepada Dhirar dan ia menjawab, “Aku tidak tahu tentang kaum Aus dan Khazraj saat itu. Tetapi yang pasti, aku telah menikahkan 11 orang dari kalian dengan bidadari saat Perang Uhud.” Maksudnya, Dhirar membunuh 11 orang Muslim sehingga mereka mendapat syahid dan mendapat balasan surga.
Suatu hari Dhirar bertemu dengan Abu Bakr dan berkata, “Bagi suku Quraisy, kami lebih baik daripada kalian. Kami memasukkan mereka (kaum muslim) ke dalam surga, sedangkan kalian mengirim mereka (kaum musyrik) ke dalam neraka.”
Tentang persahabatannya dengan Rasulullah saw. para ahli berbeda pendapat. Sebagian ulama kontemporer mengatakan bahwa tak seorang sahabat pun yang mengingatnya. Namun, Ibn Asakir al-Dimasyqi mengatakan dalam Tarikh Dimasyq bahwa Dhirar termasuk sahabat yang aktif dan ia ikut serta dalam penaklukan Syam di bawah pimpinan Abu Ubaidah. la memeluk Islam dalam peristiwa Futuh Makkah. Keislamannya sangat terkenal, yang dibuktikan dengan syair-syairnya yang sarat dengan nilai-nilai keislaman.
Sebelum memeluk Islam, Dhirar sering menangisi para korban dari suku Quraisy yang terbunuh dalam Perang Badar, Uhud, dan juga Perang Khandaq.
Ketika ia menyaksikan pasukan Muslim dalam jumlah yang sangat besar memasuki Makkah dipimpin langsung oleh Rasulullah saw., ia tersadar bahwa kebenaran telah tiba dan kebatilan telah hancur seiring dengan hancurnya kemusyrikan. Maka, ia bersegera menghadap Nabi saw. dan bersyahadat. Se moga Allah merahmatinya.
Leave a Reply