Home » Blog » Fairuz al-Dailami- Pembunuh al-Aswad al-Unsa al-Kazzab  

Fairuz al-Dailami- Pembunuh al-Aswad al-Unsa al-Kazzab  

Fairuz al-Dailami- Pembunuh al-Aswad al-Unsa al-Kazzab  

Abu Umar ibn Abdul Bar menuturkan dalam kitab al-lsti’ab bahwa Fairuz al-Dailami adalah seorang sahabat Nabi yang  berasal dari Persia. la disebut Fairuz al-Hamiri karena menetap  di Hamir (suatu daerah di wilayah Yaman). la sendiri keturunan Persia Shanaa yang pernah diutus kepada Nabi Muhammad saw.

Nama panggilan Fairuz al-Dailami adalah Abu Abdillah. Ada juga yang mengatakan Abu Abdirrahman. la merupakan keponakan Raja Najasi. la telah berunding dengan Dadzawaih dan Qais ibn al-Maksyuh untuk membunuh al-Aswad al-Unsa yang mengaku sebagai nabi di Yaman.

Abu Ja‘far ibn Jarir al-Thabari menuturkan sebuah riwayat  yang menceritakan terbunuhnya al-Aswad al-Unsa. la meriwayatkan dari al-Siri dari Syu’aib dari Saif dari al-Qasim dan Abu Muhammad dari Abu Zar‘ah ibn Abu Amr al-SayBani  dari seorang tentara Palestina dari Abdullah ibn Fairuz al-  Daylami dari ayahnya yang bercerita bahwa Nabi Muhammad  pernah mengutus seseorang untuk menemui Kisra Persia. Di katakan bahwa yang diutus adalah Wabar ibn Yuhanis al-Azadi. Selama kunjungannya di Persia Wabar tinggal di tempat  Dadzawaih al-Farisi .

Al-Aswad al-Unsa atau al-Aswad al-Kazzab dijuluki “Si Pemilik Keledai”, karena ia sering terlihat menunggang keledai  kesayangannya. Namanya adalah Abhalah ibn Ka‘b ibn Aufal Unsa. Ia seorang dukun lepus yang pandai menampilkan ber bagai keajaiban di hadapan orang-orang. la cakap memikat  mereka dengan kata-kata yang manis dan menawan. Ketika Nabi saw. sakit, ia menyatakan diri keluar dari Islam dan diikuti kaumnya. la menyebut dirinya “Rahman al-Yaman”, Si Pengasih dari Yaman. Dikisahkan bahwa ada setan yang selalu  mengabarinya dengan segala sesuatu yang tidak diketahui orang  lain. Bahkan, setan itulah yang membisikinya berbagai hal, yang kemudian diakuinya sebagai wahyu dari Allah.

Setelah mengumumkan kenabiannya, ia mulai bergerak  memperluas pengaruh dan kekuasaan. la menyerang dan menaklukkan Najran. Di antara pendukung dan pembantu utamanya adalah Amr ibn Hazm dan Khalid ibn Said. la mengirim  keduanya untuk menyerang Shana‘a, yang dihadapi oleh Syahr  ibn Badzam. Kedua pihak berperang dengan sengit. Pihak al-Aswad berhasil membunuh musuhnya dan ia menguasai Shana‘a.

Lalu ia bergerak menaklukkan Hadramaut dan daerah sekitarnya termasuk Bahrain. Pengaruhnya meluas hingga mencapai kawasan And. la dapat menguasai bagian barat daya negeri Arab selama kurang lebih sebulan. la memberikan wewenang militer kepada Qais ibn Abdi Yaghuts.

Kaum muslim di Hadramaut khawatir jika al-Aswad berkuasa di negeri itu dan mengeluarkan mereka dari Islam, atau muncul nabi palsu lain di Yaman. Karena itu, mereka mengirim surat kepada Rasulullah saw. dan memohon kepada beliau untuk memerangi al-Aswad.

Kekuasaan al-Aswad di Yaman berkembang semakin kokoh dan tak terkalahkan. la menjadi penguasa yang kejam dan tiran.  Pada saat itu, pasukannya di Hadramut berjumlah 700 orang  dipimpin oleh Qais ibn Abdi Yaghuts, Muawiyah ibn Qais, Yazid ibn Mahram ibn Hashn al-Haritsi, dan Yazid ibn al-Afkal  al-Azadi. Al-Aswad memaksa penduduk negeri itu mengakui  kenabiannya serta keluar dari Islam. Penduduk Yaman menanggapinya dengan hati-hati dan sikap taqiyah, di luar mengakui kenabian al-Aswad sedangkan hati mereka tetap sebagai muslim. Wakil al-Aswad di Madzhaj adalah Amr ibn Maklikariba sedangkan pemimpin militernya adalah Qais ibn Abdi Yaghuts. la mempercayakan Fairuz al-Dailami untuk menjaga keluarganya. la menikahi istri mendiang Syahr ibn Badzam, saudara sepupu Fairuz al-Dailami. Namanya adalah Zad, wanita yang cantik dan baik, mukminah yang beriman kepada Allah dan  Rasulullah Muhammad saw. la termasuk wanita salehah. Saif ibn Umar al-Tamimi berkata, “Rasulullah saw. mengutus seseorang, yaitu Wabar ibn Yahnas al-Dailami, untuk menyampaikan suratnya setelah mendengar kabar tentang al-Aswad al-Unsa. Di dalam suratnya itu Rasulullah memerintahkan kaum muslim disana untuk memerangi al-Aswad al-Unsa dan para  pengikutnya.”

Muaz ibn Jabal melaksanakan perintah Rasulullah dalam itu dengan baik. Saat itu Muaz telah menikah dengan Ramlah, seorang penduduk Yaman. Penduduk desa asal istrinya itu bergerak bersama Muaz ibn Jabal untuk memerangi al-Aswad. Mereka menyampaikan perintah Nabi saw. kepada  bawahan-bawahan Nabi yang ada di sana dan kepada siapa pun yang siap berperang. Mereka semua bersepakat mengangkat  Qais ibn Yaghuts sebagai pemimpin pasukan. Saat itu, Qais  merasa tidak puas kepada al-Aswad dan berusaha membunuh nya. Begitu pula pendukung al-Aswad lainnya, seperti Fairuz  al-Dailami dan Dadzawaih yang membelot memeranginya. Kekuasaan al-Aswad semakin lemah karena ditinggalkan para  pendukungnya. Ketika Wabar ibn Yahnas mengabarkan perintah Rasulullah kepada Qais ibn Yaghuts, atau Qais ibn Maksyuh, Qais seakan-akan mendapat perintah dari langit. Akhirnya, mereka bersepakat menyerang al-Aswad, dan kaum muslim mengikutinya bersama-sama membinasakan al-Aswad. Setelah yakin dengan kekuatan mereka, setan membisiki al-Aswad untuk menumpas gerakan itu. la memanggil Qais ibn Maksyuh dan berkata, “Wahai Qais, tahukah kamu apa yang dikatakannya (setannya)?”

Qais berkata, “Memangnya apa yang dikatakannya?”

“Aku telah memercayakan diriku kepada Qais. Aku memuliakanmu sehingga kau mendapatkan segala sesuatu yang  kauinginkan. Engkau menjadi orang mulia, namun kau berpaling kepada musuhmu, berusaha menyerang rajamu, dan berbalik memusuhinya. Ketahuilah, sesungguhnya Dia berkata, ‘Wahai al-Aswad, wahai hamba-Ku, wahai hamba-Ku, genggamlah Qais dan pegang ubun-ubunnya, karena jika tidak, ia akan menyerangmu dan membetot jantungmu.

Qais berkata seakan-akan ia tetap mendukung al-Aswad. Untuk meyakinkannya ia bersumpah, “Demi Sang Pemilik Keledai, engkau sungguh manusia yang paling agung dan paling muiia dalam hatiku. Bagaimana mungkin aku berani melakukan sesuatu yang akan menyakitimu?”

Al-Aswad berkata, “Aku yakin, kau tidak akan berdusta kepada rajamu. Karena rajamu ini jujur dan benar dan mengetahui bahwa saat ini kau telah bertobat atas segala niat burukmu.”

Kemudian Qais keluar dari hadapan al-Aswad dan segera  menemui sahabat-sahabatnya seraya menceritakan apa yang  baru saja dikatakan oleh al-Aswad kepadanya. Kawan-kawannya berkata, “Kita hams waspada dan hati-hati. la telah mengetahui gerakan kita. Jadi, apa yang hams kita lakukan?”

Ketika mereka berunding, utusan al-Aswad datang memanggil mereka untuk menghadap. Setelah mereka berhadapan,  al-Aswad berkata, “Bukankah aku telah memuliakan kalian di  atas kaum kalian?”

Mereka menjawab, “Benar, tuanku.”

“Lalu tahukah kalian, apa yang Dia katakan kepadaku tentang kalian?”

“Apakah kali ini kami berbuat sesuatu yang menyakitimu?

Tidak, Dia tidak mengabariku bahwa kalian mengkhianatiku.

Setelah itu mereka keluar dari hadapan al-Aswad tanpa  melakukan apa-apa. Al-Aswad sendiri masih ragu menyikapi  gerakan mereka. Mereka sendiri bersikap hati-hati dan waspada.  Tidak lama kemudian, mereka mendapatkan surat dari Amir ibn Syahr, penguasa kota Hamdan, juga dari Penguasa Zhulaim, Kila, dan pemimpin Yaman lainnya. Semuanya menyatakan dukungan dan kesiapan mereka untuk memerangi al-Aswad al-Unsa. Sebagai jawaban, dikatakan kepada mereka agar jangan  dulu bergerak hingga mereka tuntas membahas strategi untuk menyerangnya.

Setelah itu, Qais menemui Zad, istri al-Aswad dan berkata,  “Wahai putri pamanku, kau telah mengetahui kejahatan laki-laki ini kepada kaummu. la membunuh suamimu dan membawakan peperangan kepada kaummu, ia menistakan dan merendahkan kaum wanita. Tidakkah engkau ingin melakukan sesuatu kepadanya?”

Zad berkata, “Apa yang bisa kulakukan?”

“ Usirlah ia dari Yaman . ”

“Atau mungkin kubunuh saja dia?”

“Ya, mungkin itu jalan terbaik.”

“Benar. Demi Allah, tidak ada makhluk Allah yang paling  membuatku murka selain al-Aswad. la tidak memenuhi hak-hak Allah, dan tidak pernah puas melanggar segala yang diharamkan oleh Allah. Jika kalian telah siap menyerangnya, kabarilah aku agar aku dapat membantu kalian.”

Qais keluar dan di depan rumah Zad ia bertemu dengan Fairuz dan Dadzawaih yang ingin segera mendengar kabar darinya untuk memulai rencana mereka. Belum lagi ketiga orang itu mengumpulkan para pendukung, al-Aswad datang menemui  mereka. la berkata, “Bukankah aku telah mengabarkan kebenaran kepada kalian, tetapi mengapa kalian membalasnya dengan kebohongan?” la diam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya, “Ketahuilah Dia telah berkata kepadaku, ‘Wahai Sau’ah, wahai Sau’ah, jika kau tidak segera memotong tangan Qais, ia akan memotong kakimu.

Mendengar ucapan al-Aswad, Qais menyangka al-Aswad  akan membunuhnya sehingga ia berkata, “Tidak mungkin aku  menyerang dan mengkhianatimu karena engkau adalah utusan  Allah. Jika kau membunuhku saat ini, itu lebih baik daripada  kematian yang akan kurasakan setiap hari—karena engkau memurkaiku.”

Al-Aswad merasa iba dan mengampuninya, kemudian ia  membiarkannya pergi. Qais segera menemui sahabat-sahabatnya  dan berkata, “Segera lakukan apa yang hendak kalian lakukan!”

Ketika mereka sedang berunding, al-Aswad datang menemui mereka sambil membawa tak kurang dari seratus hewan ternak berupa unta dan sapi. Kemudian ia membuat satu garis di atas tanah dan ia berdiri di belakang garis itu. Setelah itu ia  menyembelih hewan-hewan itu dengan cara yang sangat menakjubkan dan tidak masuk akal. Hewan-hewan itu tersembelih dan mati meski al-Aswad tidak melampaui garis itu.

Takjub menyaksikan peristiwa itu, Qais berkata,

Aku     tidak pernah menyaksikan peristiwa yang lebih menakutkan  dan menakjubkan seperti itu selama hidupku.”

Setelah menyembelih hewan-hewan itu al-Aswad berkata,“Benarkah yang Dia katakan mengenaimu, wahai Fairuz? Tadinya aku berniat membunuhmu, lalu kudatangkan hewan-hewan ini untuk menunjukkan kepadamu betapa aku dapat membunuhmu tanpa menyentuhmu sama sekali.”

Fairuz berkata, “Engkau telah memilih kami untuk mendukungmu. Engkau telah memuliakan kami di atas kaum kami. Entah bagaimana nasib kami jika engkau tidak menjadi nabi, karena seluruh hidup kami di dunia dan akhirat bergantung kepadamu. Karenanya, janganlah menunjukkan contoh dan perumpamaan yang membuat kami takut, karena tanpa itu pun kami akan tetap mencintaimu.”

Al-Aswad senang mendengar ucapannya kemudian menyuruhnya membagi-bagikan daging hewan-hewan itu kepada penduduk Shana‘a. Usai membagikan semua daging itu, Fairuz segera kembali menemuinya, dan ia melihat seorang laki-laki berjalan cepat menuju tempat al-Aswad. Fairuz mengikutinya, dan ketika telah dekat, ia mendengar al-Aswad berkata kepada laki-laki itu, “Aku akan membunuh Fairuz dan kawan-kawannya besok.” Setelah itu, al-Aswad pergi meninggalkan ruangannya dan di balik pintu ia melihat Fairuz. Kaget karena takut ucapannya terdengar, al-Aswad berkata, “Hai, ada perlu apa?”

Fairuz melaporkan bahwa ia telah membagikan daging-daging itu.

Al-Aswad masuk kembali ke kamarnya dan Fairuz segera pulang menemui kawan-kawannya untuk menyampaikan apa yang barusan didengarnya. Mereka segera berunding dan me mutuskan untuk meminta bantuan kepada Zad, istri al-Aswad. Saat itu juga Fairuz menemui Zad dan berkata, “la telah berniat untuk membunuh kami esok hari. Karena itu, kami memohon bantuanmu untuk menyingkirkannya.”

Zad berkata, “Semua rumah yang ditinggali al-Aswad dijaga ketat oleh para penjaga, kecuali rumahku ini. Karena itu, carilah kesempatan ketika ia berjalan-jalan di luar istananya, atau ajaklah ia keluar dari istananya. Kalau bisa, sore ini kalian sudah membunuhnya. Malam ini aku akan berusaha meminta nya agar menginap di rumahku. Aku akan sediakan lampu dan  senjata bagi kalian. Jika ia telah tertidur, bunuhlah dia.”

Ketika Fairuz keluar dari rumah Zad, ia bertemu dengan al-Aswad yang berkata kepadanya, “Apa yang kaukatakan kepada istriku? Kau berusaha memengaruhinya!” Wajahnya tampak memerah dan suaranya bergetar karena murka. Belum lagi Fairuz menjawab, Zad keluar dari rumah dan berkata membelanya, “Anak saudaraku itu datang untuk mengunjungiku.

Al-Aswad berkata, “Diamlah! Aku tidak ada urusan denganmu.”

Fairuz segera pergi menemui kawan-kawannya lalu berkata,“Segera selamatkan diri kalian!” Lalu ia menceritakan pengalamannya barusan, dan mereka segera berunding untuk melakukan langkah berikutnya. Seorang utusan Zad menemui mereka dan berkata, “Jangan berpaling dari niat kalian.”

Sekali lagi Fairuz menemui Zad dan mencari kabar terbaru darinya. la membawa beberapa kawannya dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membunuh al-Aswad dan menyelamatkan diri dari para penjaganya. Seorang laki-laki ditempatkan di sana iintuk mengelabiu al-Aswad. Tak lama berselang al-Aswad datang dan berkata, “Apalagi ini, siapa orang ini?”

Zad berkata, “la adalah saudaraku sesusuan.”

Al-Aswad mengusirnya dan laki-laki itu segera keluar menemui kawan-kawannya.

Saat malam tiba, mereka mengepung dan kemudian mengendap-endap memasuki rumah itu. Mereka mendapatkan lampu dan senjata yang telah disediakan oleh Zad. Fairuz langsung mengambil senjata dan lampu itu kemudian mencari al-Aswad yang sedang tidur di atas pembaringan sutranya. Istrinya tampak duduk tenang di sisinya. Kepala dan tubuh al-Aswad  tampak tenggelam di atas kasur empuk. Istrinya keluar kamar  memanggil Fairuz untuk segera membunuhnya. Baru saja Fairuz tiba di depan pintu, setan dalam diri al-Aswad menegakkan tubuhnya dan berkata, “Apa yang terjadi antara dirimu dan diriku, wahai Fairuz?”

Fairuz menggigil ketakutan, berpaling ke belakang, dan nyaris saja menggagalkan niatnya. Namun ia segera menghimpun keberanian dan loncat mendekati al-Aswad, lalu menebaskan pedangnya ke leher al-Aswad. Seketika al-Aswad tersungkur di atas kasur. Fairuz menginjak tubuh al-Aswad dan memukul kepalanya hingga ia terkapar. Kemudian ia segera  keluar memberi tahu kawan-kawannya.

Di luar kamar, Zad menegurnya dan berkata tegas, “Ke mana kau hendak pergi, mana kehormatanmu?” la menyangka  Fairuz belum membunuh al – Aswad .

Fairuz berkata, “Aku keluar untuk mengabarkan kepada  teman-temanku bahwa al-Aswad telah terbunuh.”

Mengetahui bahwa al-Aswad telah terbunuh, kawan-kawannya segera memasuki kamar untuk memastikan kabar itu dan memenggal kepalanya. Namun setan pembimbing al-Aswad belum meninggalkannya. Setan itu menggerakkan kepala al Aswad sehingga mereka menyangkanya masih hidup. Maka, dua orang laki-laki segera menindih tubuhnya, sementara Zad  menjambak rambutnya. Al-Aswad berteriak menjerit-jerit sehingga orang-orang semakin keras menindih tubuhnya lalu mematahkan lehernya. Al-Aswad menjerit kesakitan. Suaranya sangat keras dan menakutkan. Para penjaga yang mendengar suaranya berlarian mendekati rumah Zad dan berseru, “Wahai penghuni rumah, apa yang terjadi di dalam?”

Zad menjawab dengan keras,“Nabi sedang mendapat wahyu. Tidak apa-apa. Pergilah kalian”

Mereka membubarkan din dan kembali ke pos masing masing. Fairuz, Qais, dan Dadzawaih berunding bagaimana cara mengabarkan berita itu kepada para pendukung mereka. Akhirnya dicapai kesepakatan untuk mengumpulkan orang-orang dan memanggil para utusan besok pagi. Keesokan harinya, Qais  menyeru dari atas benteng memanggil orang-orang. Mendengar seruan itu, semua orang, baik yang muslim maupun yang kafir, bergegas mendekati benteng. Setelah mereka berkumpul, Qais— ada juga yang mengatakan Wabar ibn Yahnas—menyerukan azan: Asyhadu anna muhammad rasulullah, wa anna abhalah kadzdzdb. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan  Allah dan bahwa Abhalah adalah pendusta. Kemudian ia melemparkan kepala al-Aswad kehadapan orang-orang. Sahabat-sahabat Qais berebut untuk memecah kepala al-Aswad. Orang-orang mengikutinya dan kemudian mengarak kepala al-Aswad melewati jalan-jalan di Shana‘a. Kemudian mereka mengeluarkan kuda masing-masing lain memacunya untuk mencari sanak keluarga yang dirawan al-Aswad.

Al-Dailami mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, “Sungguh, Allah telah membunuh al-Aswad al-Kazzab al-Unsa, Dia membunuhnya melalui tangan salah seorang saudara kalian.”

Kemudian semua orang memeluk Islam dan membenarkannya. Semua orang saling memaafkan. Saif menceritakan dari Sahal ibn Yusuf dari ayahnya dari Ubaid ibn Shakhr bahwa dari awal hingga berakhirnya peristiwa itu berlangsung kurang lebih tiga bulan.

Al-Dhahhak ibn Fairuz mengatakan bahwa sejak keluarnya al-Aswad dari gua Khuban sampai ia terbunuh berlangsung selama empat bulan. Sebelum itu, ia selalu merahasiakan ajarannya. Setelah beberapa lama, barulah ia memberanikan diri menyatakan ajarannya.

Al-Auza’i menuturkan sebuah riwayat dari Yahya ibn Abu Amr al-Syai Bani dari Ibn al-Dailami dari Fairuz al-Dailami  bahwa ia pernah menghadap Nabi saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah mengenal dan mengetahui keadaanku. Kami datang membawa amanah dari orang yang telah engkau kenal, lalu siapakah yang memimpin kami?”

Beliau bersabda, “Allah dan Rasul-Nya.”

Fairuz berkata, “Itu cukup bagi kami.”

Fairuz al-Daylami wafat pada masa pemerintahan Khalifah Utsman ibn Affan. Semoga Allah merahmatinya.

 

You also like

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma Penyair Agung   

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma Penyair Agung   

Ka‘b ibn Zuhair ibn Abu Sulma adalah seorang sahabat Nabi keturunan Bani Zainah. la dikenal sebagai penyair ulung.…
Al-Hasan dan al-Husain Pemimpin Pemuda Surga   

Al-Hasan dan al-Husain Pemimpin Pemuda Surga   

Al-Hasan dan al-Husain adalah sahabat sekaligus cucu Rasulullah  saw. Keduanya adalah belahan hati Rasulullah saw. dan pemimpin para…
Abu Ayyub al-Anshari

Abu Ayyub al-Anshari – Tempat Persinggahan Nabi

Abu Ayyub al-Anshari adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj. Nama aslinya adalah…
Ashim ibn Tsabit  Jasadnya Dilindungi Lebah  

Ashim ibn Tsabit – Jasadnya Dilindungi Lebah  

Ashim ibn Tsabit sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang berasal dari suku Aus keturunan Bani Dhubay. la mendapat…
Dihyah al-Kalabi; Jibril Turun  dalam Rupa Dirinya  

Dihyah al-Kalabi; Jibril Turun  dalam Rupa Dirinya  

Dihyah al-Kalabi adalah sahabat Nabi yang berasal dari suku al-Kalabi. Ayahnya bernama Khulaifah ibn Farwah ibn Fadhalah. la…
Al-Barra ibn Ma‘rur Pemimpin Baiat Aqabah Kedua

Al-Barra ibn Ma‘rur Pemimpin Baiat Aqabah Kedua

Al-Barra ibn Ma‘rur sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang  berasal dari kabilah Khazraj, keturunan Bani Silmi. Ayahnya  bernama…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Shopping Cart

No products in the cart.

Return to shop

Nama Toko

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu